Berbicara Indonesia sejatinya tak dapat dipisah dengan pembahasan kaum santri. Kehadirannya sudah banyak mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara, sejak perjuangan melawan penjajah sampai era reformasi ini.
Pada saat melawan penjajahan, sebagai contoh kaum santri di bawah komando Panglima Besar Resolusi Jihad Hadratus Syaikh Hasyim Asyari telah menjadi pioner menggelorakan semangat jihad melawan penjajah yang kemudian memuncak pada pertempuran 10 November di Surabaya. Peristiwa itu pula kemudian mampu memercikkan semangat heroik cinta tanah air di kota-kota lainnya.
Sedangkan pada masa reformasi, juga telah banyak contoh pemimpin Negara ini berlatar belakang santri. Mulai dari DPR, DPD, Polri, Menteri dan lain sebagainya.
Dalam rangka menggelorakan kembali semagat cinta tanah air dan untuk memberikan pendidikan politik bagi kaum santri, FPKB pada ulang tahunnya yang ke 17 menyelenggarakan kegiatan bertajuk Parlemen Santri.
Pada kegiatan ini, kaum santri yang sudah diseleksi dari berbagai daerah layaknya pemilihan legislatif melalui lomba karya tulis tentang politik diberikan kesempatan menjadi DPR sehari. Mereka belajar menyusun perundang-undangan sampai penetapan.
Menurut Ida Fauziyah, ketua FPKB kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka untuk mengenalkan para santri tentang peran lembaga-lembaga parlemen seperti DPD, DPR, MPR dan AKD (Alat Kelengkapan Dewan), serta pengenalan mekanisme rapat paripurna DPR secara komprehensif.
“Dengan kegiatan ini para santri bisa memahami proses dan aktivitas parlemen secara utuh. Para peserta diharapkan bisa memahami bahwa anggota DPR tidak hanya “datang, duduk, dan diam” saja, tapi mereka aktif memperjuangkan aspirasi masyarakat,” ujar Ida Fauziyah di Jakarta (11/10)
Melalui kegiatan ini pula, diharapkan ghirah atau semangat berpolitik kaum santri kembali menggelora. Sehingga terwujud politik yang bersih dan menyejahterakan. [Ahmad Maskur]